Sudah banyak sekali bencana alam yang menimpa bangsa Indonesia ini, dari Tsunami sampai gunung meletus. Korban – korban berjatuhan membuat bumi pertiwi ini menangis. Sebenarnya masih ada bencana yang lebih mengerikan dari bencan alam tersebut, yaitu bencana moral.
Semakin hari moral dari bangsa yang bermoralkan pancasila ini semakin menurun secara menyeluruh di tingkat sosial masyarakat. Kenyataan yang pahit ini apakah tidak membuat kita berpikir dan berintrospeksi diri, bagaimana kehidupan bangsa ini kedepannya. Sekarang kita tidak merasa malu apabila kita melakukan sebuah kesalahan atau perilaku yang melanggar norma.
Tanpa disadari bencana moral akan terus menerjang kehidupan bangsa Indonesia dan tidak akan pernah bisa dihentikan, hanya berusaha menguranginya. Mungkin tidak semua tapi sudah kebanyakan lembaga kependidikan seperti sekolah atau perguruan tinggi yang diharapkan sebagai media untuk mengurangi bencana moral tersebut, malah menjadi tempat berkembang biaknya, dan terus menjadi lebih kompleks masalah ini.
Pemerintah yang seharusnya menjadi contoh masyarakat serta memecahkan masalah ini, justru menjadi pelaku. Indonesia merupakan peringkat ketiga dari Negara terkorup. Sungguh bukan prestasi yang membanggakan bukan. Sebenarnya pernyataan bahwa korupsi sudah mendarah daging di Indonesia memang benar adanya dari tingkat pemerintah hingga orang biasa. Memang kalau melihat secara nominal, korupsi di tingkat pemerintah adalah juaranya. Tapi besar kecilnya nominal tetap saja disebut korupsi. Kita juga tidak bisa terus menyalahkan pemerintah yang melakukan korupsi, padahal kita sendiri juga merupakan pelaku korupsi. Sebagai contoh, saat kita ditilang oleh polisi, kita secara tak sadar juga melakukan tindak korupsi yaitu suap – menyuap dengan oknum tersebut, atau contoh lain, demi anaknya bisa sekolah di sekolah unggulan, orang tua anak tersebut tidak segan – segan “membayar” lebih.
Sungguh ironi kedua kejadian diatas terjadi pada lembaga – lembaga negara yang seharusnya melawan korupsi. Kondisi perekonomian yang membuat cara pandang masyarakat yang menjadi matrealis inilah yang semakin menyuburkan “virus” korupsi di Indonesia. Tapi janganlah selalu menyalahkan keadaan, karena kita sebagai pelaku harus berpikir dan berintrospeksi. Selain kedua lembaga tersebut, masih banyak tindak korupsi di Indonesia yang mungkin terlalu panjang dan memalukan untuk di jelaskan.
